Rabu, 30 Juni 2010

Kekurangan Solar Cell


Biar proporsinya seimbang, mari kita simak kelanjutan dari artikel ane  menyangkut masalah pengembangan teknologi solar cell di indonesia.  Kalau kemarin ane sudah menjelaskan panjang lebar tentang keuntungan dari teknologi solar cell. Nah sekarang mari sama-sama kita simak apa aja sih kekurangan dari teknologi ini.

Check this Out....

1. Masih relatif mahal

Harus ane akui memang teknologi tenaga surya memang pada saat ini masih tergolong kedalam teknologi yang agak "ekspensive". Kenapa sih bisa mahal? yang membuat teknologi ini mahal adalah karena negara kita belum mampu membuat peralatan/perlengkapan instalasi solar cell tanpa membeli keluar negeri. Kalau semua
peralatan/perlengkapan instalasi nya bisa diusahakan di dalam negeri ane rasa bisa lebih "cheap"

Sebagai gambaran, sekarang spanyol termasuk negara yang cukup konsen untuk pengembangan teknologi surya ini. Terbukti dengan ada nya pembangkit listrik tenaga surya yang ada di negara tersebut. PL tersebut memiliki  kapasitas pembangkitannya sebesar 60 MW, pembangkit memakan waktu 16 bulan serta biaya sebesar 384 juta EURO atau sekitar Rp 4,7 trilliun untuk pembangunannya. Nilai investasi ini memang terlampau mahal jika dibandingkan dengan pembangunan PLTU 1 Banten (termasuk ke dalam proyek 10,000 MW-nya PLN) berkapasitas 625 MW yang memakan biaya sebesar Rp 3,9 trilliun. Jadi, penggunaan solar cell untuk pembangkitan skala besar masih terlalu mahal untuk daya yang dihasilkan. Nah hal inilah yang selalu memberatkan pemerintah kita dalam mengmbangkan teknologi yang satu ini.

Ada yang punya ide untuk mengatasi problem ini?


Tidak jauh beda dengan penggunaan solar panel  pada skala rumah tangga. Untuk daya sebesar 60 W, biaya yang kira-kira harus dikeluarkan sekitar $ 72 atau Rp 720,000 (dengan kurs $ 1 =Rp 10,000). Dengan mengambil sampel kebutuhan listrik yang paling minimal, yaitu sekitar 450 W (di daerah pedesaan), maka biaya yang diperlukan kira-kira Rp 5 juta. Namun, di Bangladesh, terutama di daerah pedesaan, hampir 320,000 rumah terinstalasi PV untuk kebutuhan listriknya.

2. Biaya perawatan mahal

Lagi, lagi masalah harga, solar cell termasuk jenis pembangkit yang retan terhadap kerusakan. Jadi harus di chek keadaannya minimal 1 kali seminggu, direkomendasikan untuk lebih sering menge-chek keadaan pembangkit yang satu ini. Selalu saja masalah harga jadi masalah. Padahal meurut ane banyak manfaatnya bila kita bandingkan dengan dana yang kita keluarkan. Tapi ya, semuanya terserah anda bagai mana menyikapinya.

Dan semoga pemerintah kita memiliki pemikiran yang sama dengan ane. Bahwa suatu teknologi baru dalam tanda kutip masih mahal, bila terus kita kembangkan secara kontinu. Ane rasa bisa jadi murah juga apabila di usahakan untuk mengambil altenatif pemecahan persoalannya, contoh kongkret, Dilakukan pengkajian ulang teknologi ini, dan di usahakan untuk mengeluarkan solusi dalam menekan pembiayaan darii pembangkit ini. Di Indonesia khan banyak orang pinter. Masak untuk mencarikan solusi alternatif pengembangan teknologi solar cell aja gak mampu. Apa kata dunia?

Sekali lagi ane tegas khan solar cell bisa menjadi solusi pengadaan listrik negara kita yang ramah lingkungan dan bisa di terapkan ditempat terpencil sekalipun.

3. Sangat tidak efisien bila dikembangkan di daerah yang berpolusi
Polusi  juga menjadi faktor yang menghambat pengembangan teknologi ini. Sangat tdak direkomendasikan pengembangan nya di daerah yang berpolusi tinggi karena dapat mengurangi intensitas cahaya yang dapat diterima oleh panel/cell surya. Jadi dengan kata lain energi yang dihasilkan relatif kecil.



Artikel Terkait:

  • Digg
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 2komentar:

    Posting Komentar

    Majari Magazine

    Entri Populer

    Inspirasi

    Jangan cari kemulian di kampung kelahiranmu

    Sungguh kemulian itu ada dalam perantauan di masa muda

    Singsingkan lengan baju dan bersungguh-sungguhlah meraih impian

    Karena kemulian tidak dapat diraih dengan kemalasan

    Man jadda Wa jadda

    "Ranah 3 Warna Karya A. Fuadi"